Mengenal Busi Mobil
Busi merupakan salah
satu perangkat vital dalam proses pembakaran di mesin mobil bensin Anda.
Fungsinya adalah memberikan percikkan api dalam ruang bakar yang telah
terkompresi campuran bensin dan udara. Dengan adanya percikan api, maka
detonasi dalam ruang silinder pun terjadi untuk menghasilkan daya yang
menggerakkan kendaraan Anda.
Adalah Etienne Lenoir, yang pertama kali menggunakan busi di tahun 1860 untuk mesin pembakaran internal berbahan bakar bensinnya. Namun, Ro*bert Bosch-lah yang mematenkan busi sebagai bagian dari sistem pengapian pada 1898. Karenanya jangan heran jika nama Bosch lalu dikenal sebagai produsen busi di dunia.
Sejak saat itu, Busi menjadi perangkat utama untuk memantik api di mesin berbahan bakar bensin. Jika Anda pemilik mobil berumur lebih dari sepuluh tahun, tentu masih ingat langkah membersihkan busi, dan penggantian busi yang cukup sering tiap kali servis kendaraan. Hal ini lantaran busi merupakan perangkat yang selalu menjadi momok dalam permasalahan di kendaraan Anda.
Mesin ‘ngelitik,' yakni terjadinya pembakaran yang tidak sempurna pada ruang bakar mesin merupakan efek yang kerap terjadi ketika busi mulai bermasalah. Hal tersebut merupakan akibat langsung dari ketidakmampuan busi da*lam memercikkan api. Penyebabnya beragam, mulai dari memendeknya elektroda busi, hingga tertutupnya elektroda busi akibat tumpukan karbon.
Karenanya tidak heran jika dahulu, mekanik-mekanik di bengkel tempat kendaraan Anda diservis selalu membuka busi, dan membersihkannya. Hal tersebut bertujuan memastikan tak ada kotoran sisa pembakaran yang mengerak di elektroda busi.
Busi konvensional cenderung lebih cepat kotor sehingga harus dibersihkan agar pengapian berjalan sempurna Membersihkan ground busi dengan amplas merupakan salah satu cara untuk menjaga performa busi konvensional
Material Busi
Busi merupakan tahap terakhir dari sebuah sistem pengapian. Kini, sistem pengapian telah sampai pada fase terpendek, dimana koil ditempatkan di atas busi. Alhasil, tidak ada lagi waktu yang terbuang akibat tegangan listrik yang melewati kabel busi dan distributor.
Wajar bila busi kini mulai mendapat sentuhan teknologi, baik dari desain elektrode dan materialnya. Tujuan akhirnya tentu untuk membuat terjadi*nya pembakaran sempurna di ruang bakar sehingga seluruh campuran bahan bakar dan udara yang terkompresi dapat diubah seluruhnya menjadi tenaga. Konsumsi BBM dapat tereduksi tanpa mengurangi performa berkendara.
Di antaranya terdapat jenis busi yang menggunakan elektrode berbahan Platinum hingga Iridium. Umumnya busi ini dikenal dengan busi long life sehingga produsen mobil pun mulai marak mengguna*kananya. Dengan usia pakai yang lama serta mampu menghemat konsumsi BBM membuat biaya operasional kepemilikan mobil dapat tereduksi.
Namun tahukah Anda, sejati*nya, Iridium merupakan bahan penghantar listrik yang paling buruk di antara material lain yang kerap digunakan sebagai elektrode busi yakni Copper dan Platinum. Akan tetapi kons*truksi materialnya yang lebih kuat, membuat Iridium mampu didesain dengan diameter elektroda yang sangat kecil yakni hingga 0,4 mm atau mendekati rupa jarum. Pembuatannya tak mudah, lantaran teknologi laser dibutuhkan untuk melekatkan Iridium yang sangat kecil.
Tujuan diperkecilnya dia*meter elektrode agar memfokuskan percikan api sehingga pembakaran menjadi lebih stabil. Goalnya adalah memastikan bahwa percikan api tetap terjadi ketika dibutuhkan untuk meminimalkan detonasi. Dengan stabilnya percikan yang terjadi, tentu kebutuhan akan daya listrik menjadi lebih efisien. Konsekuensi dari pembakaran yang sempurna tentunya berbuah pada efisiensi bahan bakar kian irit.
Kekuatan material Iridium pun membuat elektrode tidak mudah terkikis meskipun sangat kecil, namun ia memiliki durabilitas tinggi memiliki dan umur yang lebih panjang dari busi konvensional. Tentunya Perawatan pun menjadi tidak dibutuhkan lantaran busi mampu ‘membersihkan' dirinya sendiri ketika mesin mencapai suhu kerja-nya.
Karenanya jangan heran jika mesin-mesin saat ini didesain dengan konstruksi yang sa*ngat sulit bagi pemiliknya untuk mem*buka busi. Lantaran memang perawatan busi dalam jang*ka wak*tu yang pendek tak lagi diperlukan.
Adalah Etienne Lenoir, yang pertama kali menggunakan busi di tahun 1860 untuk mesin pembakaran internal berbahan bakar bensinnya. Namun, Ro*bert Bosch-lah yang mematenkan busi sebagai bagian dari sistem pengapian pada 1898. Karenanya jangan heran jika nama Bosch lalu dikenal sebagai produsen busi di dunia.
Sejak saat itu, Busi menjadi perangkat utama untuk memantik api di mesin berbahan bakar bensin. Jika Anda pemilik mobil berumur lebih dari sepuluh tahun, tentu masih ingat langkah membersihkan busi, dan penggantian busi yang cukup sering tiap kali servis kendaraan. Hal ini lantaran busi merupakan perangkat yang selalu menjadi momok dalam permasalahan di kendaraan Anda.
Mesin ‘ngelitik,' yakni terjadinya pembakaran yang tidak sempurna pada ruang bakar mesin merupakan efek yang kerap terjadi ketika busi mulai bermasalah. Hal tersebut merupakan akibat langsung dari ketidakmampuan busi da*lam memercikkan api. Penyebabnya beragam, mulai dari memendeknya elektroda busi, hingga tertutupnya elektroda busi akibat tumpukan karbon.
Karenanya tidak heran jika dahulu, mekanik-mekanik di bengkel tempat kendaraan Anda diservis selalu membuka busi, dan membersihkannya. Hal tersebut bertujuan memastikan tak ada kotoran sisa pembakaran yang mengerak di elektroda busi.
Busi konvensional cenderung lebih cepat kotor sehingga harus dibersihkan agar pengapian berjalan sempurna Membersihkan ground busi dengan amplas merupakan salah satu cara untuk menjaga performa busi konvensional
Material Busi
Busi merupakan tahap terakhir dari sebuah sistem pengapian. Kini, sistem pengapian telah sampai pada fase terpendek, dimana koil ditempatkan di atas busi. Alhasil, tidak ada lagi waktu yang terbuang akibat tegangan listrik yang melewati kabel busi dan distributor.
Wajar bila busi kini mulai mendapat sentuhan teknologi, baik dari desain elektrode dan materialnya. Tujuan akhirnya tentu untuk membuat terjadi*nya pembakaran sempurna di ruang bakar sehingga seluruh campuran bahan bakar dan udara yang terkompresi dapat diubah seluruhnya menjadi tenaga. Konsumsi BBM dapat tereduksi tanpa mengurangi performa berkendara.
Di antaranya terdapat jenis busi yang menggunakan elektrode berbahan Platinum hingga Iridium. Umumnya busi ini dikenal dengan busi long life sehingga produsen mobil pun mulai marak mengguna*kananya. Dengan usia pakai yang lama serta mampu menghemat konsumsi BBM membuat biaya operasional kepemilikan mobil dapat tereduksi.
Namun tahukah Anda, sejati*nya, Iridium merupakan bahan penghantar listrik yang paling buruk di antara material lain yang kerap digunakan sebagai elektrode busi yakni Copper dan Platinum. Akan tetapi kons*truksi materialnya yang lebih kuat, membuat Iridium mampu didesain dengan diameter elektroda yang sangat kecil yakni hingga 0,4 mm atau mendekati rupa jarum. Pembuatannya tak mudah, lantaran teknologi laser dibutuhkan untuk melekatkan Iridium yang sangat kecil.
Tujuan diperkecilnya dia*meter elektrode agar memfokuskan percikan api sehingga pembakaran menjadi lebih stabil. Goalnya adalah memastikan bahwa percikan api tetap terjadi ketika dibutuhkan untuk meminimalkan detonasi. Dengan stabilnya percikan yang terjadi, tentu kebutuhan akan daya listrik menjadi lebih efisien. Konsekuensi dari pembakaran yang sempurna tentunya berbuah pada efisiensi bahan bakar kian irit.
Kekuatan material Iridium pun membuat elektrode tidak mudah terkikis meskipun sangat kecil, namun ia memiliki durabilitas tinggi memiliki dan umur yang lebih panjang dari busi konvensional. Tentunya Perawatan pun menjadi tidak dibutuhkan lantaran busi mampu ‘membersihkan' dirinya sendiri ketika mesin mencapai suhu kerja-nya.
Karenanya jangan heran jika mesin-mesin saat ini didesain dengan konstruksi yang sa*ngat sulit bagi pemiliknya untuk mem*buka busi. Lantaran memang perawatan busi dalam jang*ka wak*tu yang pendek tak lagi diperlukan.
Komentar
Posting Komentar